Ketika Aku Makin Cinta Padanya: Pemuda

-Kontemplasi 7 tahun Bersama Para Pejuang Tangguh Kepemudaan-

pemuda

tunas bangsaguh Kepemudaan-

Da’wah ini pada eranya dahulu, dimulai dari pemuda. Dan di manapun Anda mendengar kegemerlapan perjuangan da’wah, pemuda tak luput sebagai motor gerakan di sana. Da’wah kepemudaan adalah backbone, atau dalam bahasa keseharian kita disebut sebagai tulang punggung. Apa yang akan terjadi jika tulang punggung Anda patah? atau retak, saja.

Dalam dunia kesehatan, tulang punggung adalah pelindung yang sangat penting untuk system saraf tepi. Retaknya tulang punggung bisa menyebabkan terjadinya malfungsi organ-organ, terutama organ-organ yang berfungsi untuk mobilisasi (pergerakan). Singkatnya, kalau terjadi gangguan di tulang punggung Anda, biasanya akan ikut mencederai saraf yang ada di sekitar tulang punggung yang berakibat pada kelumpuhan(paling banyak). Apa jadinya kalau tubuh Anda lumpuh dan tidak bisa bergerak?Padahal jiwa ini masih hidup.

Begitu juga da’wah. Pemudalah yang membuat da’wah ini bergerak. Dengan hamasahnya, mereka mampu membuat da’wah senantiasa bergelora. Di tangan mereka, masa depan da’wah ini kan ada. Maka, jagalah mereka. Semakin muda usia mereka ketika mengenal Islam dan da’wah, maka semakin besar kontribusinya dalam membangun peradaban.

Pemuda dan Tantangannya Kini

Masalah yang dihadapi pemuda saat ini begitu kompleks. Mereka mengalami cobaan-cobaan yang sering di luar kapasitas usia remaja mereka. Kita lihat saja, dari TK pemuda-pemuda kecil sudah dipressure ntuk menjadi bintang TK, sekolah di tempat yang bagus, full day, menginjak SD, mulai ada tuntutan nem bagus agar bisa sekolah di SMP yang berlabel Rintisan Sekolah Bertaraf Interasional. Begitu pula ketika akan memasuki SMA. Kompetisi ini terus berjalan hingga mereka mendapat pekerjaan yang dianggap layak oleh masyarakat agar bisa nembung anak orang.

Stressor-stressor yang nampaknya biasa ini, akhir-akhir ini kita dapatkan realitanya terhadap efek psikologis anak dan remaja. Nyontek saat UNAS dengan berbagai macam cara, jadi joki, membeli soal ujian. Kompetisi yang seharusnya berjalan sehati dan bisa menumbuhkan jiwa berjuang pada mereka malah menjadi bumerang di kemudian hari. Mendadak semua menjadi pemuda instant. Mereka dihargai karena hasil akhirnya, bukan prosesnya. Usut-punya usut, mereka menjadi korban stress orang-orang dewasa-kebanyakan orangtua dan guru mereka di sekolah- karena sebenarnya oreang dewasa inilah yang tidak mau dianggap gagal jika prestasi anak didiknya rendah. Banyak guru menawarkan kisi-kisi ujian hingga soal ujian lengkap dg jawabannya, melegalkan nyontek massal dan bekerjasama dengan siswa, orangtua yang marah jika nilai anaknya merah tanpa ada fasilitas perhatian dan sayang yang sempurna. Ah,,betapa kasihan mereka.

Di sisi lain, ketika anak-remaja-pemuda ini sedang dalam kondisi stress berat, ada pihak-pihak yang menawarkan relaksasi sesaat, dan lagi-lagi mereka memanfaatkan kondisi ini demi meraup untung yang banyak. Mulai dari game centre, persewaan PS, hingga persewaan film “biasa” dan blue film. Media pun tak kalah gencar menyuguhkan madu jadi-jadian dengan menggelar aib orang yang begitu bebas diakses siapapun, kapanpun, dan berlomba-lomba menjanjikan ketenaran dengan sekali kedipan mata.

Ah,,,betapa tantanganmu tak seberat para pendahulu…

Usamah dan Aisyah yang Kurindu…

Pemuda, bagi saya rentang usianya sejak mereka baligh hingga mereka mengikat jodohnya dengan mitsaaqan ghalidza. Entah teori dari mana, tapi inilah sekarang yang saya anggap sesuai. Islam tak kenal kata remaja, justru istilah remaja inilah yang berabad-abad telah membinasakan potensi pemuda yang sebenarnya. Saya sadar akan hal ini ketika Salim A. Fillah menulis dalam buku terbarunya yang berjudul Jalan Cinta Para Pejuang. Juga setelah mengulas shiroh pemuda bersama Ust. Luthfi Hasan.

Apakah Anda bisa menemukan sosok Usamah masa kini? Usamah yang pada usianya yang ke-18 diberi kepercayaan menjadi Panglima Perang Umat Islam dan memimpin sesepuh jenderal-jenderal umat Islam macam Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Khalid bin Walid, dan banyak lagi yang lain. Usamah menjadi panglima dalam kondisi di mana kecerdasan bukan satu-satunya tolak ukur menjadi jenderal saat itu, akan tetapi juga ketahanan fisik dan track record mengalahkan musuh satu lawan satu, penguasaan medan, dan yang terpenting adalah wibawa sebagai pemimpin. Adakah Usamah masa kini?

Atau adakah Aisyah modern yang dengan kesadaran penuhnya dan kedewasaan berpikirnya di masa belianya mau menerima pinangan seorang juru da’wah yang hidupnya penuh resiko? Resiko miskin, resiko boikot, resiko keselamatan jiwa? Dan dengan kecerdasan belianya ia menjadi perawi hadist terbanyak kedua. Pun dengan ketegarannya ia mampu menjadi ibu umat islam dan disegani sahabat-sahabat sepuh, pun menjadi rujukan masalah umat ketika Rasulullah saw. wafat.

Betapa rindunya dengan usamah dan aisyah. Betapa lamanya umat menanti usamah dan aisyah masa kini. Kepada pemuda, maukah engkau menjadi Usamah dan Aisyah yang kami rindu?

Ingin Kupegang Erat Tangannya dan Melewati Masa Ini Bersama

Ah, ingin kupegang erat tangannya dan melewati masa ini bersama. Sungguh, hatinya sangatlah lembut. Seringkali, pilihan jalannya ada pada siapa yang lebih dulu memikat hatinya. Begitu bersihnya hati pemuda dari prasangka sehingga sedikit sentuhan yang menyenangkanpun dia anggap itu baik baginya. Aku hanya perlu sdikit membuat hatinya tertuju padaku, menjadikan setiap masalahnya aman padaku, dan aku adalah sebaik-baik pendengar dan tempat ia menangis sejadi-jadinya tanpa takut akan kutertawakan.

Setelah semuanya lepas, barulah aku membawanya ke suatu tempat yang hanya aku dan dia yang bisa melihat keindahannya. Kita akan bersama mendekat pada siapa pencipta kita, menyadari betapa banyak karunia yang bisa kita syukuri, pun dengan segala keterbatasan, mejadikan segala kekurangan tak berarti karena begitu banyak kelebihan yang kita miliki. Dan di sini, akan kubimbing ia menemukan jati dirinya.

Ketika ia telah menemukan jiwa yang selama ini bersemayam, ia akan lebih tegap dan gagah menggapai mimpi-mimpinya, juga menemukan sesuatu yang perlu untuk senantiasa membuat jiwanya senantiasa tenang dan tegar menjalani kehidupan. Bersama orang-orang sholih hatinya akan tertuju, kepada Al Qur’an akan diumbar segala rindu, dan dengan al lail lukisan hati membumbung menuju Rabb Yang Satu.

Ah, namun kadang janji memang tak semanis gula. Ada kalanya aku lengah dan terhalang oleh keegoisanku sendiri. Keegoisanku membuat seringnya aku menganggap ia akan begitu saja membutuhkanku. Kelalaianku membuat seolah ia akan begitu saja ingin berkumpul dengan orang-orang shalih. Kemalasanku menulis sederet sms saja, menjadikanku berapologi bahwa ia bukan sudah bisa menentukan pilihan dewasa antara ta’lim dan latihan band. Dan aku pun lupa, tak mengikat hatinya dulu.

Keegoisan, kelalaian, dan kemalasanku yang akhirnya banyak memunculkan tuntuntan-tuntutan baginya. Tuntutan bahwa seharusnya dia bisa memilih yang lebih baik baginya, tuntutan bahwa seharusnya dia mendahulukan ilmu akhirat, tuntutan bahwa seharusnya ia lebih senang berkumpul dengan orang-orang yang belajar untuk sholih daripada yang beraktivitas sia-sia dan melalaikan sholat.

Ah,padahal ternyata tuntutan-tuntutan itu semakin membuatnya risih dan membuatnya jauh dariku. Secara tidak sadar, semua tuntutan melahirkan judgement-judgement halus yang membuatnya terpojok, bahkan pun sekedar berpapasan denganku. Lalu, aku pun merasa dia tidak “prospek” lagi, dan membiarkannya tenggelam jauh. Dan saat aku sadar, kadang ia sudah sangat jauh hingga tak bisa kugapai. Hatinya telah tertawan oleh berjuta pesona dunia yang datang silih berganti yang lebih dulu menawan hatinya.

Tidak! Tidak akan terjadi (lagi). Maafkan aku. Aku harus berlomba dengan berbagai pesona lainnya. Akan kupegang erat tanganya dan melewati masa ini bersama. Lalu, akan kubawa ia berlari menggapai mimpi-mimpinya dan juga mimpi umatnya.

Kepada pemuda yang dirindu..

Kau tahu? Allah bersama kita.

Kebumen, 1o Januari 2010

Didedikasikan untuk pejuang-pejuang tangguh (baik yang eks maupun yang masih berjuang) kepemudaan di manapun berada, khususnya sahabat-sahabat di Jogjakarta, Bandung, dan Kebumen. Fastabiqul Khoirot!

www.maulsyahidah.wordpress.com

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum ww,

    Salam kenal, senang bisa menemukan blog ini. ternyata IQRO club hadir juga di Kota Tempat saya sekolah dulu

    BalasHapus